Minggu, 04 November 2012

Bahasa Indonesia dan Tingkat Nasionalisme


Saat sekarang ini bahasa Indonesia di seluruh daerah daerah di Indonesia mengindikasikan sudah dipakai sebagai bahasa penghantar semua kegiatan yang dilakukan daerah di Indonesia. Hal ini terlihat bahwa orang berbahasa daerahnya sendiri sudah tidak dipakai dalam kegiatan sehari-hari. Semua sudah dilakukan dengan pengantar bahasa Indonesia.

Meskipun memang ada beberapa daerah yang tetap melestarikan bahasa daerahnya dengan di kantor setiap hari tertentu diharuskan berbahasa daerah dengan sesame teman sejawatnya. Pun ada keluarga yang juga tetap melestarikan bahasa daerahnya dengan tetap mengajarkan anaknya berbahasa daerahnya agar bahasa ini tidak punah.

Namun sebagian besar sudah tidak melakukan itu lagi ,banyak yang sudah berpendapat bahwa saya adalah orang Indonesia dan berbahasa Indonesia. Begitulah masyarakat sudah sering menggunakan pernyataan itu bila ditanyakan kenapa tidak menggunakan bahasa daerahnya.


Alasan
Alasan apa yang dipakai masyarakat yang mendidik bahasa ibu menjadi nomor dua ini ya kebanyakan adalah agar lancar berbahasa Indonesia, sehingga bisa mengimbangi berbicara bila ada tamu dari kota lain yang dating dia dan anaknya tidak kikuk lagi menggunakan bahasa Indonesia. Jadi hal ini menunjukkan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang dipakai pertama dalam berbahasa, daripada bahasa daerahnya.

Ketika ditanya kenapa alasan ini dipakai apakah tidak sayang pada Bahasa Jawa bila nanti punah ditelan masa? Lalu ada yang berkisah bahwa ketika anak-anaknya berkumpul dengan saudaranya, anak itu hanya diam dan senyum-senyum karena semua saudaranya datang dari Jakarta. Orang tua merasa kasihan melihat semua ini. Anaknya tidak bisa berkomunikasi lancar dengan saudaranya yang ada di Jakarta.

Hal ini mempunyai dampak bamyaknya siswa yang sudah tidak bisa lagi menggunakan bahasa daerahnya. Banyak guru yang terpaksa harus tertawa menahan lucunya jawaban yang ada dalam muatan lokalnya yaitu pelajaran Bahasa Jawa. Hal ini dikarenakan siswa sejak kecil sudah dibiasakan memakai bahasa Indonesia, sehingga justru memakai bahasa daerahnya sudah tigak bannyak yang dia kenal lagi. Dia hanya sering mendengar ayah dan ibu ayau orang tuanya dengan kakek dan neneknya berbahasa jawa tapi padanya tidak dibiasakan untuk ikut berbahasa jawa,akibatnya yang didengar sulit diaplikasikan atau diterapkan kedalam soal yang diterima di sekolahnya.

Agak lumayan bila sudah ada di kelas atas karena pelajaran yang dia terima sudah relatif lebih lama. Namun bila dilihat dari pengerjaan soal dari kelas bawah yang baru saja diperkenalkan belajar bahasa jawa dari gurunya,memang terlihat disini menggelikan sekali.

Semua ini menunjukkan bahwa Bahasa Indonesia yang utama dipakai masyarakat di Indonesia khususnya di Jawa Tengah

Dengan adanya perilaku berbahasa Indonesia ini bisa diartikan nasionalisme di Indonesia sepetulnya sudah terwujut karenamelihat perilaku bahasa Indonesia yang digunakan sebagian besar masyarakat Indonesia.

Ada pepatah bahasa menunjukkan bangsa. Kebiasaan bahasa Indonesia yang dipakai oleh sebagian besar masyarakat Indonesia adalah perilaku ke-Indonesia-an melalui berbahasa Indonesia, Dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober l928 juga disebutkan “kami putra-putri Indonesia berbahasa satu, Bahasa Indonesia”. Sejarah yang melatarbelakangi adalah bersatunya para pemuda Jong Java, Jong Ambon, Jong Sumatra, Jong Celebes dan lain-lain bersatu berkumpul tidak secara kedaerahan lagi melawan penjajahan Belanda secara terorganisir.

Jadi lengkaplah sudah bahwa ke Indonesiaan di tunjukkan dengan berbahasa Indonesia. Meskipun bermacam-macam suku bangsa di Indonesia mereka tetap dipersatukan dengan bahasa Indonesia. 

Namun sekarang ini pula banyak dikeluhkan bahwa nasionalisme mulai luntur. Indikator atau kecenderungan yang nampak adalah banyaknya perkelahian, tawuran dan segala bentuk-bentuk perpecahan yang terjadi di antara masyarakat.

Memang harus diakui bahwa hal itu benar-benar terjadi,dan sangat memprihatinkan. Hal itu pula yang menjadikan para ahli cerdik cendekia, lalu mengadakan pemikiran kembali tentang bentuk kesatuan yang harus dikembangkan di republik ini.
Bagaimana penyelesaian masalah ini? Apakah bahasa juga bisa berperan untuk ini semua?

Dalam masyarakat jawa terdapat bahasa yang bertingkat tingkat yang digunakan kesehariannya. Untuk orang tua untuk yang lebih tua dan untuk teman sebaya yaitu Basa Ngoko, Krama Andhap dan Krama Inggil. Meskipun terkesan sulit namun tingkat-tingkat dalam bahasa Jawa ini bisa menjadi sekat tersendiri bagi penahanan suatu emosi. Ketika seseorang sedang berhasa dengan temannya datang yang lebih tua, dia akan mengganti percakapannya dengan yang lebih halus, begitu pula bila lalu berhadapan dengan orang tua atau yang dihormati dia akan memakai bahasa karma inggil yang halus.

Pada orang yang baru kenal, dia akan menempatkan diri dengan krama atau bahasa yang halus. Jadi disini, nampak sekali bahwa seseorang selalu dihadapkan dengan menahan diri yang amat sangat. Ini berpengaruh banyak pada perilaku yang bersahaja, bijak, tidak tergesa gesa.

Berbahasa seperti ini tidak akan terjadi kemarahan yang luar biasa atau tidak terkendali, karena terbiasa menahan diri. Dalam hubungannnya dengan nasionalisme yang selalu mengedepankan kebersamaan hal ini sangatlah mendukung. Berbahasa yang halus dan santun akan berpengaruh positif dalam dukungannya terhadap kebersamaan.

Beberapa perusakan dan tindak anarkhi, menunjukkan bahwa kebanggaan terhadap kebangsaan sudah mulai kurang atau sudah tidak ada karena bila kebanggaan terhadap bangsa masih ada tindakan anarkhi dan perusakan itu akan berganti dengan kebanggaan terhadap bangsa Indonesia dan selalu menjaga apa yang dipunyai bangsanya. Jangankan merusak yang ada hanya memuja bangsanya, tertuang dalam puisi ataupun lagu yang keluar dari hati yang tulus seorang anak negri.

Seperti yang dilakukan seorang Khairil Anwar yang membuat puisi tentang pahlawan pejuang Indonesia, ataupun Ismail Marzuki yang membuat Rayuan Pulau Kelapa, dan syair romantis lainnya yang digubah kedalam lagu. Lagu yang amat bagus yang selalu menjaga bangsa Indonesia dari cerai berai dan menjaga dalam kebanggaan bangsa Indonesia.

Dalam hubungan nasionalisme, bila merunut dalam bahasa jawa yang bertungkat tingkat dan menimbulkan rasa untuk menahan perasaan dan menempatkan diri dalam berbahasa yang berdampak positif. Maka bila itu diterapkan dalam bahasa Indonesia bisa dilihat dari bahasa bakunya.

Bila bahasa Indonesia dilakukan dengan bahasa baku yang sopan santun terhadap sesame saudara setanah airnya maka hal ini akan menjadikan dampak yang positif pula bagi persatuan dan kesatuan bangsa.Karena semua bersama berkata dan berbahasa yang baik dan itu akan menjadikan hubungan antar golongan antas suku menjadi baik karena ikatan bahasa baku yang baik dan santun.

Bila yang terjadi sebaliknya, yaitu berbahasa tidak baku kasar saling mengunggulkan daerahnya masing-masing maka yang terjadi adalah perpecahan karena memang Indonesia tidak berasal dari satu suku tapi banyak suku, sehingga untuk mempersatukan harus ada sesuatu yang mengikat yaitu Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia pun harus yang berkualitas untuk dapat menjadi pemersatu yang baik. Yaitu Bahasa Indonesia yang baku.

(Novi Saptina)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar